Analisis
Kornai yang meyakinkan pada pembagian ekonomi dan kritiknya pada kegagalan
reformasi parsial di Hungaria has deeply informed sociological work dalam
transisi ekonomi (Buawoy dst). Menurut analisis ini, government sebagai owner
enterprise mempunyai objek lain disamping profitability (Kornai 1992):
mensupply kelangkaan input untuk enterprise yang lain (sesuatu yang dibuat
khususnya penting melalui karakteristik kekurangabn materiala perencanaan
ekonomi), memelihara full employment, mendanai pensions, medical insurance, dan
provision of housing dan pelayanan sosial. Preferensi pada perencanaan
nonfinansial ini menimbulkan konflik dengan kepentingan pemerintah pada strong
financial performance of firms, dan kepentingan finansial yang dilemahkan lebih
lanjut oleh kemampuan fleksibilitas pemerintah untuk mendistribusi kembali fund dari keuntungan enterprises untuk
mensubsidi yang unprofitable. Tambahan
untuk mendistribusi kembali diantara enterprises, pemerintah mempunyai jalan
lain sumber keuangannya melalui pengurangan kenaikan upah, menaikkan harga
barang konsumer, menambah supply uang, dan pinjaman. Disamping analisis soft
budget constraint,
firms menghadapi asumsi yang juga penting: Budget constraint atas pemerintah
juga lemah, dan itu kepentingan finansial dalam efisiensi enterprises yang
dilemahkan oleh kepentingan nonfinansial keseluruhan
Kepentingan
nonfinansial pemerintah dalam firm, dan ketergantungan firm pada pemerintah
untuk memberi jaminan dan subsidi, menciptakan ketergantungan satu sama lain
antara pemerintah dan enterprise (situasi monopoli bilateral atau kekhususan
asset yang ekstrim). Terdapat kenaikan suboptimal ‘regime of bargaining’ yang
mana budget constraint dilemahkan dan insentif firm untuk penimbunan dan
kelebihan investasi menguat. Ketergantungan pemerintah pada firm untuk output
fisik dan provisi employment dan kendala kesejahteraan sosial merupakan
kemampuan disiplin firm dengan ancaman penutupan. Manajer enterprise sadar dengan hambatan ini
dan mengikutsertakan dalam penyembunyian terus-menerus sumberdaya dalam
tawar-menawar konstan mereka dengan government official melebihi sumberdaya dan
lebih menguntungkan dalam bentuk finansial. Pemerintah dihadapkan pada
ketidakharapan jumlah yang besar firm untuk monitor oleh karena kesulitan
dengan problem informasi yang berat. Bahkan jika kepentingan finansial firm
dalam profitability sangat kuat, pemerintah dibatasi oleh pertimbangan
nonfinansial dan problem informasi yang tidak dapat melakukan disiplin
finansial melebihi firm
Dibawah kondisi institusional ini, yang diasumsikan
perbedaan relatif dibawah aturan Partai Komunis (Brus 1989; Kornai 1992)
pergerakan menuju mekanisme pasar akan counterproduktif kecuali jika
ownership/kepemilikan diperoleh dari state. Tarik-menarik public ownership
dengan birokrasi redistribusi tertutup yang hanya menentukan perubahan untuk
private ownership kompatibel dengan efektivitas kerja pada mekanisme pasar
(Kornai 1990b). Segera berdasarkan Hungary setelah kegagalan rejim Komunis,
Kornai menyarankan bahwa hanya melalui pemotongan ikatan ownership antara
pemerintah dan firm suboptimal regime of bargaining dapat dieliminasi dan
budget constrain diperkeras: “Hal yang sia-sia untuk mengharap bahwa unit state
akan berjalan jika kepemilikan secara privat dan akan secara spontan bertindak
jika agen berorientasi pasar. Waktu dibiarkan pergi sia-sia unatk harapan
kesatu dan untuk semua… State ownership secara permanen kembali menciptakan
birokrasi (Kornai 1990b)
No comments:
Post a Comment